Halaman.co.id |Depok – Upaya penegakan peraturan daerah atau Perda oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Kota Depok menuai kontra dari para pedagang Taman Jalan Jawa.
Warga komplek Perumnas Depok Utara, Kelurahan Beji, Kota Depok menyesalkan tindakan aparat Satpol PP Kota Depok yang ‘tebar teror membunuh’ pedagang dan warga di kawasan kuliner tersebut.
Tidak seperti menegakkan perda kepada pengusaha besar, kali ini Satpol-PP Depok seolah menakut-nakuti pedagang kecil dengan pengerahan armada berupa satu buah truk dan 5 minibus berisi aparat.
Satpol-PP Depok juga memasang garis kuning larangan berjualan bagi puluhan pedagang yang sudah sejak 10 tahun ‘mengais’ rejeki.
Sebelumnya, cukup semarak suasana di Taman Jalan Jawa, beragam kuliner di jajakan para pedagang, yang paling jadi favorit pengunjung yakni Soto Mie, Lontong Sayur dan Bakso.
Pengunjung kebanyakan anak-anak sekolah, anak-anak kompleks, para orang tua, remaja, pemuda dan lansia melakukan beragam aktivitas, ada yang berolahraga, berkesenian, anak-anak melukis dan bermain mobil-mobilan.
Senin (15/12/2025), Taman Jalan Jawa tampak hening, hanya terlihat para pedagang meratapi nasibnya dan beberapa warga yang kecele karena tidak menemukan makanan favoritnya lagi.
Warga juga kecewa dengan arogansi aparat Satpol PP Kota Depok yang dinilai merusak kenyamanan warga berkumpul dengan anak-anak yang selama ini ceria bermain di taman.
“Sangat mengecewakan. Satpol PP Depok telah ‘membunuh’ perekonomian rakyat. Mereka tidak mendukung pedagang kecil yang memiliki hak sebagai warga negara untuk berusaha yang dijamin UUD,” ujar Samsu Rizal, tokoh masyarakat Perumnas Depok Utara.
Menurut Rizal, keberadaan para pedagang yang sebagian juga para pelaku UMKM warga sekitar didukung RT dan RW yang juga diatur ketertiban dan kebersihan demi menjaga kenyamanan pengunjung.
“Tidak ada yang dilanggar. Keberadaan Taman Jalan Jawa ada di dalam kompleks, bukan di jalan umum. Kalau pun ada sedikit lalulintas tersendat, itu karena saat jam masuk dan pulang sekolah. Masih bisa diatur. Sebaiknya antar jemput anak sekolah gunakan motor, jangan mobil,” ungkapnya.
Seorang warga, Bambang mengungkap, lucunya setiap kali Pemilu, calon wali kota dan anggota DPR kerap hadir ke Taman Jalan Jawa.
“Mereka ‘ngemis-ngemis’ minta di dukung ke warga dan para pedagang. Sekarang mereka semua diam. Bahkan infonya dari Satpol PP Kota Depok, pelarangan berdagang merupakan perintah wali kota,” ungkapnya.
Pagi ini, pemandangan yang tersisa hanyalah garis kuning Satpol PP yang melingkari area favorit para Pedagang Kaki Lima (PKL), menandakan hilangnya sumber mata pencaharian mereka.
Para pedagang harus gigit jari setelah operasi penertiban mendadak yang dilakukan oleh Satpol PP Kota Depok, yang juga menyasar dua lokasi lain di kota tersebut.
Salah satu korban penertiban yang sudah 10 tahun berdagang bernama Indah merasa Satpol PP Kota Depok telah menghilangkan sumber mata pencaharian para pedagang.
“Saya menjual mainan anak-anak. Dengan larangan berjualan berarti hilangnya piring nasi untuk keluarga, tidak bisa makan,” tegasnya.
Penertiban PKL di Taman Jalan Jawa ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai solusi dan nasib para pedagang kecil di tengah perekonomian yang sedang terpuruk. Tidak ada keberpihakan Pemkot Depok kepada rakyat kecil. (***)









