NasionalPolitik

Tuntutan Pemakzulan Gibran dan Adili Jokowi

×

Tuntutan Pemakzulan Gibran dan Adili Jokowi

Sebarkan artikel ini

Halaman.co.id |Solo – Mimbar Rakyat Solo yang memanfaatkan momentum Peringatan 97 Tahun Sumpah Pemuda digelar di Gedung Umat Islam Solo, Jalan Kartopuran 241 A, Surakarta, Jawa Tengah.

Kegiatan yang berisi orasi beberapa tokoh kebangsaan dari berbagai kota di tanah air dan lokal Solo/Surakarta, dan jumpa pers itu, berlangsung Senin dan Senin (27/10/2025) dan Selasa (28/10/2025).

Hadir memadati gedung GUI dan Jalan Kartopuran yang dijadilan panggung orasi, ratusan warga Solo berbagai latar belakang.

Tampak tidak ada perjagaan aparat kepolisian berseragam, namun pantauan wartawan tampak belasan personel keamanan beberapa instansi mengawasi kegiatan.

Sempat terjadi upaya menggagalkan pelaksanaan Mimbar Rakyat Solo pada hari pertama. Di lokasi kegiatan terpasang spanduk penolakan penyelenggaraan kegiatan orasi dan jumpa pers itu.

Hadir sebagai narasumber asal Jakarta: Rismon Sianipar, Alfian Tanjung, Beathor Suryadi, Zulkifli S. Ekomei, dan Mikhael Sinaga. Roy Suryo yang nama dan fotonya dipajang di spanduk acara tak hadir.

Pembicara lainnya Rizal Fadilah asal Bandung, Sutoyo Abadi (Semarang), dan Ade Darmawan (Medan).

Sedangkan aktivis kebangsaan asal Solo Raya yang hadir, di antaranya, Wuri Handayani –lebih dikenal sebagai Wuri Baret, Bambang Tri, Andika (pengacara Solo), Suroto (Aliansi Pro Demokrasi Jawa Tengah).

Berbicara pertama pada sesi jumpa pers, aktivis Bambang “Beathor” Suryadi mengungkap bahwa Solo merupakan kota yang bersejarah.

Kota ini tidak terpisahkan dari sejarah kelahiran Republik Indonesia karena militansi kelompok-kelompok masyarakatnya. Pergerakan kelompok Islam hingga komunis berawal dari Solo.

Solo juga menjadi mercusuar perpolitikan Indonesia. Beberapa partai politik (parpol) lahir di kota ini.

Bahkan, dunia sepak bola dan pers nasional juga berawal di Solo.

“Fufufafa pun lahir di Solo. Tercatat pula bahwa Presiden Republik Indonesia pertama yang tidak memiliki ijazah asli berasal dari Solo. Ijazah anaknya pun (Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka) palsu, cuma tamat SMP,” ungkap Beathor, aktivis senior yang salah seorang pendiri Relawan Penggerak Demokrasi (REPDEM) –organisasi sayap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

BACA JUGA  Banyak Atribut Caleg Nempel di Angkot, Bawaslu: Belum Bisa Ditindak

Beathor pernah duduk sebagai anggota DPRD Lampung dan DPR RI, menggantikan almarhum Taufik Kiemas (suami Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri).

“Soal Jokowi dan anaknya menjadi catatan buruk bagi Solo. Saya mengharapkan dalam suasana peringatan Sumpah Pemuda ini, kalangan muda –milineal dan generasi z, di Solo Raya bergerak. Kalau Solo bergerak menyelamatkan bangsa yang kita cintai ini, maka kota-kota lain di seluruh Indonesia akan juga bangkit,” papar Beathor lagi, penuh semangat.

Sementara intisari paparan aktivis lain menegaskan bahwa bangsa Indonesia hari ini diambang masalah besar akibat ulah Presiden RI Ke-7 Joko Widodo alias Jokowi.

Sederet kebijakan Jokowi dalam kepemimpinan dua periode atau 10 tahun membuat Indonesia bangkrut oleh utang.

Sementara Jokowi, yang didukung oligarki hitam, diduga kuat kini menikmati segunung uang hasil kebijakannya yang koruptif.

Detail kebobrokan kepemimpinan Jokowi dipaparkan sangat lengkap oleh pembicara Alfian Tanjung.

Termasuk merusak tatanan hukum dan demokrasi guna mengantar putranya menjadi wakil presiden –padahal yang bersangkutan jelas-jelas tidak memiliki kompotensi dan kapabilitas memimpin bangsa besar ini.

Para pembicara pada jumpa pers dan orator tiba pada satu kesimpulan penting bahwa saatnya kalangan aktivis kebangsaan dan generasi muda mendesak para elite nasional dan aparat hukum agar segera memakzulkan Gibran dan mengadili Jokowi.

“Manuver jahat keluarga Jokowi berawal dari Solo. Rakyatpun harus mengakhirinya di Solo, karena keluarga Jokowi hari ini masih terus cawe-cawi hingga mengganggu pemerintahan Prabowo Subianto demi melanggengkan kekuasaannya –antara lain melalui Gibran,” tandas Ade Darmawan.

Kegiatan jumpa pers dan orasi Mimbar Rakyat Solo diakhiri dengan deklarasi “Sumpah Rakyat”, yang intinya komitmen elemen pergerakan untuk terus berjuang “memakzulkan Gibran dan mengadili Jokowi”.

BACA JUGA  Pantau Langsung Implementasi Program MRWI, Direktur Keuangan PLN Kunjungi Gudang Menes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *