Halaman.co.id |Gaza – Upaya mencapai gencatan senjata selama 60 hari antara Israel dan Hamas kembali mengalami kebuntuan. Perundingan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir itu tersendat lantaran perbedaan tajam mengenai kehadiran militer Israel di wilayah selatan Gaza, terutama di area strategis yang dikenal sebagai koridor Morag.
Menurut laporan Associated Press dan Reuters, Israel bersikukuh untuk mempertahankan pasukan militernya di koridor tersebut sebagai bagian dari “zona keamanan” untuk mencegah penyelundupan senjata dan infiltrasi militan. Namun, Hamas dengan tegas menolak syarat itu dan menuntut penarikan penuh pasukan Israel sebagai syarat mutlak menuju gencatan senjata permanen.
“Selama masih ada tentara Israel di tanah Gaza, tidak akan ada perdamaian sejati,” ujar salah satu juru bicara Hamas yang dikutip oleh Al Jazeera.
Pemerintah Israel, melalui kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, membantah bahwa kehadiran pasukan di koridor Morag menjadi hambatan utama. Namun sejumlah sumber diplomatik menyebut isu tersebut menjadi “titik paling sensitif” dalam perundingan.
Koridor Morag sendiri merupakan jalur sepanjang sekitar 12 kilometer yang menghubungkan Rafah dan Khan Younis. Wilayah itu direbut oleh militer Israel pada April 2025 dan kini diklaim sebagai bagian dari strategi pengamanan perbatasan selatan Gaza. Namun, banyak pihak menilai kehadiran militer di koridor itu bisa memicu eksodus lebih lanjut warga Palestina ke wilayah perbatasan Mesir.
Di tengah kebuntuan tersebut, Presiden Amerika Serikat Donald Trump tetap menunjukkan optimisme. Dalam pernyataan terbaru, Trump menyebut bahwa “kesepakatan hampir tercapai,” dengan menekankan dua prioritas utama: pembebasan seluruh sandera dan masuknya bantuan kemanusiaan secara luas.
Meski demikian, para analis menilai kesepakatan damai tidak akan mudah dicapai selama belum ada kompromi atas isu kehadiran militer Israel di Gaza. Proses negosiasi diperkirakan masih akan berlangsung intens dalam beberapa hari ke depan.
Sumber : Aljazeera, APNews, Reuters