Halaman.co.id |Teheran – Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kian memuncak. Dalam laporan eksklusif yang dirilis oleh Mehr News Agency, media resmi yang dekat dengan pemerintah Iran, disebutkan bahwa setiap warga negara Amerika Serikat kini dianggap sebagai target sah oleh Iran—baik personel militer maupun warga sipil.
Pernyataan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pihaknya telah melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama Iran—Fordow, Natanz, dan Isfahan—pada Sabtu malam waktu Teheran. Washington mengklaim serangan tersebut sebagai langkah preventif untuk membatasi pengayaan uranium yang dinilai melanggar batas perjanjian internasional.
Namun, Iran menanggapi aksi militer itu dengan sikap keras. Dalam laporan berbahasa Persia yang diterbitkan oleh Mehr News, Iran menegaskan bahwa “warga Amerika, tanpa kecuali, kini termasuk dalam daftar target sah Republik Islam Iran.” Pernyataan ini memicu kekhawatiran akan potensi serangan balasan terhadap warga AS di berbagai negara, khususnya di kawasan Timur Tengah.
“Jika Amerika memilih jalur konfrontasi terbuka, maka tidak akan ada tempat yang aman bagi warga mereka di wilayah ini,” tulis Mehr News dalam artikelnya yang juga memuat kutipan dari sejumlah tokoh militer dan analis kebijakan luar negeri Iran.
Serangan AS dipicu oleh dugaan bahwa Iran tengah memulihkan aktivitas nuklirnya untuk keperluan militer. Di sisi lain, Iran menyebut serangan itu sebagai pelanggaran berat terhadap kedaulatan, hukum internasional, dan Piagam PBB. Pemerintah Iran juga menilai aksi tersebut sebagai bentuk agresi terbuka yang “tidak akan dibiarkan begitu saja.”
Pernyataan dari Mehr News dikhawatirkan akan meningkatkan ancaman terhadap warga sipil Amerika di luar negeri. Beberapa negara telah meningkatkan status keamanan di kedutaan AS, dan analis memperkirakan eskalasi lebih lanjut tidak dapat dihindari jika tidak ada mediasi internasional yang segera dilakukan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Amerika Serikat terkait pernyataan kontroversial dari media Iran tersebut.
Sumber : MehrNewsAgency