halaman.co.id |Bogor – Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhorbun), Bupati Bogor Iwan Setiawan menyebut sebanyak 27 ribu hektare lahan pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dilaporkan rusak.
Hal itu berdasarkan data dari
Hal itu disampaikan Iwan pada peringatan Hari Pangan Sedunia, Rabu (18/10/2023) di Taman Pemuda, Cibinong.
Mulanya, Iwan menyampaikan bahwa kondisi El Nino tahun ini cukup berdampak pada ketahanan pangan.
“Hari ini El Nino ngeri-ngeri sedap, sampai awal Januari juga curah hujan belum tentu normal. Kan panjang, ini kemarin BMKG katanya Oktober mulai hujan, tapi sifatnya parsial tidak semua wilayah ada hujan. Tetap untuk pertanian juga masih belum bisa untuk bertanam karena curah hujannya belum stabil,” kata Iwan dalam sambutannya.
Iwan berharap masyarakat mulai mengubah pola pikir masyarakat tentang makan. Sebab, saat ini beras menjadi makanan yang produksinya berdampak akibat cuaca.
“Tadi disampaikan oleh Pak Deputi, cuaca di Indonesia dalam suasana tidak baik-baik saja. Manusia ini harus berinovasi dan menyesuaikan. Bagaimana menyesuaikannya berinovasi, tadi disampaikan B2SA (beragam, bergizi, seimbang, aman). Namanya manusia itu bisa berinovasi, bagaimana B2SA menghadapi situasi paceklik, kerawanan pangan, supaya tidak terjadi inflasi,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat Indonesia banyak yang 80 persen dari makanannya mengandung karbohidrat. Dia ingin agar pola makan tersebut diubah, termasuk mengurangi konsumsi beras.
“Jadi porsi makanan itu kalau di kita 80 persen nasi, sayurnya 10 persen, sambalnya 5 persen, dagingnya 5 persen. Jadi konsumsi berasnya itu banyak. Itu tadi disampaikan satu pertiga dari piring itu karbohidrat, mau jagung, tape, sagu, beras,” jelasnya.
Menurutnya, penting untuk menyesuaikan pola makan apabila stok beras sedang berkurang. Sebab menurutnya, kondisi cuaca saat ini tidak memungkinkan untuk produksi beras.
“Sayuran mah tidak terlalu terkena dampak daripada kekeringan hari ini. Tapi kalau beras, sangat terdampak. Kalau beras mah ngairinnya bukan satu ember, satu kontainer air, satu truk,” beber Iwan.
“Kenapa kita harus memaksa beras, cuacanya sudah tidak memungkinkan kita produksi beras. Karena 27 ribu hektare di Bogor sekarang kusek (rusak). Itu laporan dari Distanhorbun,” pungkasnya.